Selasa, 26 Mei 2009

Suara emasmu..... Auratmu.....

Anggota tubuh wanita adalah aurat, sampe pun suaranya, benarkah? Banyak yang mengira suara wanita yang mendayu-dayu dan mendesah adalah keindahan. Bahkan, banyak penyanyi wanita yang unjuk kebolehan suara mereka. But, anehnya suara mereka yang mendayu-dayu plus merdu dinilai seni dan keindahan oleh banyak orang.... trus gimana syariat Islam memandang suara wanita model ini???
Sebuah lembaga riset, keilmuan dan pemberi fatwa negeri Saudi Arabia mendapat pertanyaan sebagai berikut, “Ada yang mengatakan bahwa suara wanita adalah aurat. Apakah pernyataan ini benar?”
Lembaga ini memberi tanggapan, “Wanita adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan pria. Mereka lebih cenderung kepada wanita karena dorongan syahwat. Jika wanita melantunkan suaranya maka akan bertambah fitnah. Karenanya, ALLAH SWT memerintahkan kepada kaum mukmin apabila mereka akan meminta sesuatu kepada wanita hendaknya dari balik tabir, ALLAH SWT mengatakan, “Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka...” (Al Ahzab:53)
ALLAH SWT juga melarang kaum wanita berlemah lembut dalam berbicara dengan kaum pria agar tidak muncul hasrat orang yang di dalam hatinya bercokol penyakit. Sebagaimana firman ALLAH SWT, “Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian nggaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya...” (Al Ahzab: 32)
Begitulah yang diperintahkan, meski pada saat itu (zaman kehidupan Nabi SAW-red) kaum mukmin sangat kuat imannya, maka terlebih di zaman ini, di mana keimanan telah melemah dan sedikit sekali orang yang bersikukuh dengan agamanya.
Maka hendaknya kamu ( wanita mukmin ) nggak sering-sering bergaul dengan kaum laki-laki yang bukan mahram, sedikitlah bicara dengan mereka kecuali jika ada keperluan yang sangat mendesak dan nggak lemah lembut dalam berbicara.
Dengan begitu kamu tahu bahwa suara wanita yang nggak disertai dengan lembah lembut bukanlah aurat. Karena kaum wanita pada zaman Nabi SAW biasa berbicara dengan beliau dan para sahabat tentang hal yang mereka butuhkan, namun hal itu nggak diingkari. Hanya ALLAHlah yang kuasa memberi petunjuk.

Jumat, 15 Mei 2009

suRat CintA unTuk SaudaRiku...

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaiykum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sepucuk surat cinta untuk saudariku

Ukhti

Yang kusayangi karena Allah

Ukhtiy…

Tiada kata yang pantas terucap oleh lisan kita, tatkala mengingat betapa besar nikmat yang Allah berikan, selain puji-pujian kepada-Nya atas hidayah yang masih bersemayam dalam kalbu kita hingga hari ini. Ingatkah kita untuk selalu mensyukurinya? Ataukah hidayah yang dulunya terasa begitu manis, lama-kelamaan menjadi kian hambar,hingga kini hanya terasa biasa-biasa saja?

Masih ingatkah kita, saat hidayah itu belum datang menyapa? Hari-hari terasa indah, namun tak ada makna yang terlukis di dalamnya dan tak ada ketenangan yang menyirami jiwa kering ini. Mungkin dulu kita tak begitu menyadari kekeringan itu. Akan tetapi, setelah Allah memilih kita sebagai salah satu hamba yang Dia kehendaki mendapatkan cahaya untuk menyinari jalan hidup kita, begitu dalamnya terasa peyesalan ini. Penyesalan akan noktah-noktah dosa yang semakin membuat hati kita menjadi hitam legam. Penyesalan yang pernah membuat kita menangis dan bersimpuh memohon ampunan-Nya. Ke mana perginya rasa bahagia menjadi orang terpilih itu? Ke mana perginya air mata penyesalan itu? Kuharap, dia masih di sana. Di dalam lubuk hati kita, terbingkai oleh keinginan untuk tetap istiqomah dalam ketaatan sebagai pejuang agama-Nya…

Dulu, engkau adalah orang yang tak ku kenal. Aku pun begitu, adalah orang yang asing bagimu. Dulu, kita hanya memikirkan kepentingan sendiri, mengurus urusan masing-masing, tanpa memperdulikan bahwa di sekitar kita ada orang lain. Satu hal lagi yang sepatutnya kita syukuri, bahwasanya Allah mempertemukan kita dengan orang-orang yang dipilih-Nya untuk mendampingi kita menapaki jalan dakwah yang penuh dengan kerikil tajam, berbatu-batu, bartabur onak dan duri. Awalnya, ukhuwah itu begitu manis. Namun kini, kesibukan-kesibukan dunia kembali membuatnya berdebu. Kita seakan mati rasa atas apa yang terjadi pada saudara kita. Akankah debu itu kita biarkan begitu saja mengotori jalinan ukhuwah kita? Rasulullah bersabda, yang artinya, “Tidak beriman salah seorang di antara kamu hingga ia mencintai saudaranya melebihi dirinya sendiri.” Subhanallah, itulah itsar yang begitu indah. Yang akan membawa kita ke dalam barisan kafilah 7 golongan yang akan dilindungi oleh ‘Arsy Allah di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Mungkin hal itu masih sulit kita lakukan, namun sulitkah mempersembahkan sesuatu bagi saudari kita, walaupun hanya tingkatan ukhuwah yang paling rendah, yaitu berlapang dada atas kekurangannya?

Tak ada manusia yang sempurna. Tak semua orang dapat menjadi seperti yang kita harapkan. Namun, satu hal yang bisa mempersatukan kita, menerima kekurangan saudara sembari saling mengingatkan karena tak ada yang bisa mengelak dari kekhilafan. Siapa lagi yang bisa mengingatkanku, selain engkau Saudariku? Engkau yang dipersaudarakan Allah denganku, teman seperjuangan sebagai tentara-Nya. Satu harapan kulayangkan padamu, jangan biarkan aku tenggelam dalam keterpurukan. Siapa lagi yang akan menarikku dari liang kesalahan, jika bukan dirimu? Suatu hari, ketika aku pun melakukan hal yang sama, mengingatkan akan ketersalahanmu, ingatlah satu hal. Aku tak bermaksud membuatmu terluka, namun aku melakukannya karena aku mencintaimu karena-Nya. Mungkin cara yang kutempuh kadang salah, namun kuharap tak ada hijab yang menghalangi kejujuran di antara kita. Kuharap, tak ada lagi yang terluka karena ada hal yang disembunyikan. Jangan biarkan saudara kita terlelap dalam kesalahannya tanpa ada keinginan untuk membuatnya terjaga.

Kini kita mengemban tugas yang mulia. Tugas yang dibebankan kepada orang-orang terpilih. Tugas para nabi dan Rasul Tugas untuk menyerukan agama Allah di muka bumi, mengajak orang-orang kembali kepada ajaran agama yang benar, sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya serta para salafushshalih. Kita telah diberi pilihan, dan kita memilih menceburkan diri ke dalam telaga dakwah ini. Adakah penyesalan atas jalan yang kita ambil? Kejenuhan kian merambat, kelelahan makin membuat rasa penyesalan itu bertambah sangat. Di luar sana, orang lain bebas berbuat semaunya, tanpa ada aturan yang mengikat. Di luar sana, orang-orang bebas memakai pakaian yang sedang trend, bercanda dengan lawan jenis, dan berlomba-lomba menggapai dunia. Pernahkah terlintas untuk kembali bergabung bersama mereka? Pernahkah terlintas keinginan unuk menarik diri dari jalan dakwah ini?

Jalan ini tidaklah mudah. Ketika rasa bosan itu hadir, luruskan kembali niat kita. Ketika rasa lelah itu mengusik, berhentilah sejenak untuk mengoreksi keikhlasan kita. Mengundurkan diri sebagai jundullah sangatlah mudah. Allah tidak akan merasa dirugikan dengan tereliminasinya kita dari tugas mulia ini. Namun, ingatlah Saudariku. Dakwah ini memang tidak membutuhkan kita. Namun kita-lah yang membutuhkannya agar tetap bisa istiqomah. Mungin kita berpikir kita hanyalah sebuah bagian kecil yang tak akan berpengaruh apa-apa ketika melenggang meninggalkan dakwah. Tetapi, apa jadinya sebuah puzzle jika salah satu bagiannya hilang? Ya, akan terjadi ketimpangan di dalamnya. Begitupun dengan kita. Sekecil apapun peran kita, akan menzhalimi saudari kita yang lain ketika kita meninggalkannya.

Jalan ini tidaklah menjanjikan kehidupan bak seorang raja. Jalan ini tidaklah dihiasi dengan bunga-bunga yang indah di sisi kiri dan kanannya. Jalan ini begitu terjal, penuh rintangan dan hambatan. Jangan sampai kerikil-kerikil kecil yang sempat membuat kita terjatuh, melemahkan semangat kita untuk melanjutkan perjalanan. Jangan sampai setelah tergelincir sesaat, kita memilih berhenti dan kembali ke belakang, mengabaikan perjalanan yang kita mulai dari awal. Itulah gunanya saudara di jalan dakwah. Saudara yang senantiasa menggenggam tangan kita agar tidak tertinggal oleh pasukan para pejuang. Saudara yang selalu siap mengulurkan tangannya ketika kita terjatuh, tersandung oleh kerikil-kerikil tajam itu.

Jalan dakwah ini bukanlah jalan yang beraspal licin. Perjalanan ini bukanlah perjalanan yang singkat. Bukan pula tamasya sambil berleha-leha. Juga bukan sebuah kompetisi lari yang menunggu decak kagum dan penghargaan manusia di ujungnya. Namun jalan dakwah ini adalah jalan yang tidak berujung, tidak mulus dan tidak mudah. Dunia ini bukanlah tempat untuk beristirahat. Istirahat itu nanti, ketika kaki kanan kita telah ada jaminan untuk melangkah memasuki jannah-Nya. Di sana telah disediakan balasan bagi para pejuang Islam, dan yang paling indah adalah kesempatan memandang wajah-Nya. Biarlah kesulitan jalan ini menjadi pemberat timbangan kebaikan kita, karena “Al-Ajru ‘alaa qadri masyaqqah.” Tetaplah menjadi saudariku karena-Nya….

Ukhtiy, ingatlah selalu firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.” (Q.S.At-Taubah, 9;38)

“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (Q.S.At-Taubah, 9:41)

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Q.S.Al-Ahzab, 33:36)

Saudariku…

Jika esok aku terlalu gembira, sadarkan aku dengan amarah Allah.

Jika aku bersedih tanpa kata, bujuklah aku dengan tarbiyah Pencipta.

Jika aku lemah tak berdaya, ingatkan aku dengan kehebatan surga.

Jika ada tembok yang memisahkan kita, ajaklah aku merobohkannya dengan segera.

Jika hatimu pernah aku lukai, luapkanlah agar aku berubah.

Dan jika esok aku tidur tanpa terjaga, iringilah aku dengan doamu.

Berjanjilah Saudariku, persaudaraan kita tetap untuk selamanya….

Uhibbukifillah. Ahabbanallahu wa iyyakum.

Yang mencintaimu karena Allah

Myspace Layoutspimpmaspace layouts